MENUJU
PEMILU YANG ADIL, JUJUR, DAN BERSIH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan
umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga
perwakilan, yaitu DPR, DPRD, dan DPD. Setelah amandemen ke-IV UUD 1945 pada
2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), yang semula dilakukan
oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun
dimasukan ke dalam rezim pemilihan umum. Pilpres sebagai bagian dari pemilihan
umum diadakan pertama kali pada pemilu 2004. pada 2007, berdasarkan UU No.22
Tahun 2007, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) juga
dimasukan sebagai bagian dari rezim pemilihan umum. Ditengah masyarakat,
istilah “pemilu” lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu
presiden dan wakil presiden yang diadakan lima tahun sekali.
B. Rumusan Masalah
Agar makalah
ini lebih tersusun rapi maka perlu dibuat suatu rumusan masalah sebagai acuan
dalam penulisan makalah ini. Adapun rumusan masalahnya adalah
a. Sosok yang muncul menjadi bakal calon
presiden Indonesia 2014-2019
b. Bagaimna kekuatan mesin politik dalam
pemilu 2014
c. ISI
Kandidat-kandidat Calon Presiden (Capres) akan bertarung di
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia berikutnya akan diselenggarakan
pada tahun 2014. Ini akan menjadi pemilihan presiden langsung ketiga di
Indonesia, dan bagi presiden yang terpilih akan mempunyai jabatan tersebut pada
jangka waktu sampai lima tahun.
Berikut adalah kandidat-kandidat Capres untuk Pilpres 2014:
Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai GERINDRA
Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta
liki gambaran siapa gerangan yang akan berkuasa di negeri
ini. Meskipun berpenduduk mayoritas muslim, namun dominasi kemengan partai
abangan atau nasionalis tetap terjadi. Masyarakat yang mayoritas muslim tidak
serta merta memilih partai yang berbasis keislaman.
Sebaliknya partai yang duduk di tiga teratas adalah partai
nasionalis; PDI, Golkar dan Gerindra. PDIP nampaknya memiliki kesempatan besar
kali ini untuk mengusung Jokowi sebagai presiden. Setelah diumumkan beberapa
hari menjelang pencoblosan, Partai berlambang banteng ini mulai bergerilya
mencari pendukung untuk pemenangan pemilu. Hasilnya PDI menurut hasil survey
menduduki urutan pertama dengan perolehan suara mendekati 20 persen. Perolehan
suara ini nampaknya masih sangat mengecewakan PDIP, pasalnya target perolehan
mereka minimal adalah 25 persen.
Sementara itu, Partai Golkar nampaknya masih ada di hati
masyarakat, meskipun partai ini sempat hampir pudar pasca kejatuhan Suharto,
tetapi sampai pada pecoblosan 9 April 2014 Partai ini masih memiliki posisi
yang sangat setrategis. Dengan perolehan suara yang lebih dari 10 persen,
partai ini masih memiliki kekuatan dibandingkan dengan partai-partai islam
lainnya. Itulah sebabnya partai ini dengan percaya diri sudah mengajukan ARB,
Abu Rijal Bakri sebagai calon presiden.
Partai pendatang baru yang mendapat berkah pada pencoblosan
kali ini adalah Gerindra. Partai baru ini langsung melejit berkat karisma
Prabowo. Sistem komunikasi effectif yang digunakan partai ini nampaknya mampu
mendongkrak elektablilitas partai ini hingga menjadi 3 besar. Meningkatnya
pendapatan suara partai berlambang kepala garuda ini juga tidak lepas dari
idealisme Prabowo yang nampaknya memang menjanjikan masyarakat Indonesia.
Sebagai mantan Jendral Prabowo nampaknya mampu menggiring opini publik dengan
pidato-pidatonya yang lantang dan tegas. Gagasan yang digaungkan oleh prabowo
pun lebih jelas daripada calon lain. Jika dibandingkan dengan Jokowi yang
meskipun medapat dukungan di berbagai lembaga survey, tetapi dari segi
idealisme dan impian indonesia belum pernah terlihat.
Melihat peta politik pasca pencoblosan 9 April, nampaknya
hanya ada tiga kekuatan besar yang sudah nampak di depan mata. Hal ini terutama
jika dilihat dari perolehan suara partai. Jokowi representasi dari PDIP, ARB
Golkar sedang Prabowo Gerindra. Dari tiga calon kuat ini nampaknya hanya Jokowi
dan Prabowo yang akan mendominasi arus suara pada pemilihan presiden. Hal ini
mengingat dua calon ini sampai saat ini belum ada celahnya. Berbeda halnya
dengan ARB yang bakal mengalami keberatan di beberapa daerah mengingat ARB
masih memiliki hutang pada rakyat Jawa Timur, khususnya masalah Lapindo yang
sampai saat ini belum bisa diselesaikan.
Tiga arus besar yang sudah mendominasi percaturan bursa
calon presiden itu nampaknya akan memudar jika partai-partai islam bersatu.
Partai islam sebenarnya memiliki kekuatan strategis dalam bargaining politik di
dalam memperebutkan kursi kekuasaan di negeri ini. Sayangnya, dalam beberapa
kesempatan salah satu partai islam sudah menyatakan diri untuk tidak berkoalisi.
Hal ini tentu akan menjadi masalah tersediri sehingga partai-partai islam yang
seharusnya memiliki kekuatan sekitar 30an persen ini akan terbuang percuma.
Partai yang berbasis ke-islaman nampaknya memang akan sangat
berat untuk melakukan koalisi mengingat mereka tidak memiliki tokoh central
yang bisa menyatukan mereka. Jika saja mereka mau sebenarnya ada tokoh Jusuf
Kala yang memiliki track record bersih. Tokoh ini lumayan memiliki kekuatan,
meskipun secara politik dia tidak memiliki partai. Isu yang berkembang JK akan
disandingkan dengan Jokowi nampaknya hanya sebuah isu belaka. Bisa jadi isu ini
untuk memecah agar partai-partai Islam tidak bisa bersatu.
Melihat peta perpolitikan yang sedemikian kompleks, tidak
ada satu partai pun yang melebihi 25 persen perolehan suara. kepemimpinan
negeri ini akan di bawa pada dua kekuatan nasional yang berbeda. Jokowi
merupakan representasi kepemimpinan yang santun dan sederhana sedang
representasi kedua adalah Prabowo. Dua calon presiden ini nampaknya akan mengerucut
menjadi kekuatan besar yang akan menjadi pilihan rakyat negeri ini.
Mengingat budaya ketimuran masih sangat kuat bercokol di
dalam masyarakat kita. Rakyat Indonesia masih menggandrungi model kepemimpinan
seperti Jokowi yang bisa mendamaikan mereka. Model kepemimpinan yang santun dan
sederhana adalah pilihan mayoritas masyarakat negeri ini. Meskipun demikian
model kepimpinan Jokowi bukanlah sebuah kepemimpinan yang ideal mengingat
pembangunan nengeri ini membutuhkan terobosan-terobossan besar. Masih banyak
masalah besar yang membutuhkan pemimpin yang visioner dan berani di dalam
mengambil langkah penyelesaian masalah bangsa ini.
Idealnya, Prabowo memiliki potensi besar di dalam
menyelesaikan persoalan di negeri ini. Prabowo memiliki ketegasan yang bisa
menyelesaikan persoalan-persoalan riil bangsa ini. Meskipun Prabowo nampaknya
akan menghadapi tantangan besar baik dari dalam maupun dari luar, terutama
negara-negara yang merasa terancam kepentingannya dinegeri ini. Disamping itu
rakyat juga belum terbiasa dengan model kepemimpinan yang visioner seperti
Prabowo. Figur karismatik yang santun dan rendah hati nampaknya yang masih akan
mendominasi model kepemimpinan yang dikehendaki rakyat negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar